“Saat pertama kali belajar
berenang, mereka akan ngajarin kamu ngrasain air kaya rumah. Menahan napas di
dalam air, menyelam. Terus, belajar teknik pernapasan, mengapung
horizontal dan menendang. Kalau kamu nggak bisa nguasain tahapan sebelumnya kamu nggak
bisa belajar ke tahap selanjutnya. Jadi, cobalah belajar menahan napas dulu, awalnya memang sesak, tapi fase ini harus dilewati supaya akhirnya kamu bisa berenang.”
Usia 18 tahun. Ibarat kita belajar berenang di usia inilah fase dimana kita belajar menahan napas. Banyak mimpi yang ingin kita capai dan bukan hal mudah untuk mengejarnya. Usia yang masih terlalu
dini untuk mewujudkan semua impian kita. tapi yang perlu kita tahu, setiap hari adalah hari yang bagus untuk memulai
mimpi-mimpi itu. Dan, sulit emang saat kita gagal. Tapi itulah saat yang seribukali lebih
baik untuk kita belajar dan bangkit lagi.
Cinta yang kita pikir akan
selamanya, mungkin hanyalah omong kosong dan akan berakhir saat kita masuk
universitas. Karena masih 18 tahun, remaja saling mencintai seolah hari ini adalah
hari terakhir mereka. Begitu juga membenci. Kita terlalu membenci seseorang
seolah nggak ada orang yang lebih jahat dari orang yang kita benci. Kita akan sulit memaafkan orang lain.
Kita belum sepenuhnya dewasa, di umur segitu kita akan mudah terluka dan banyak merasakan masa
sulit. Tapi, saat-saat inlah juga saat-saat yang paling berkesan. Yaitu saat ada orang yang ngulurin tangannya pas kita jatuh, yup bener, teman.
Tidak lebih, tidak kurang,
satu orang aja. Dekati teman yang menangis. Terus katakan padanya “Aku dan kita. Nggak peduli rintangan apa
yang menghadang, semuanya bakal kita hadapi. Tak apa jika kamu terluka karna kamu masih
18 tahun.”
Adapted
from: School 2015