Karna pertemuan pertama
menyisakan rasa penasaran
dan pertemuan kedua menyisakan rasa rindu,
maka kuharapkan pertemuan-pertemuan selanjutnya
maka kuharapkan pertemuan-pertemuan selanjutnya
“Akhila..”
“Iya,
saya,” jawab seorang gadis berambut pendek. Kemudian ia mendekat ke sumber
suara. “Saya pinjam buku-buku ini, Pak,” ucapnya pada petugas perpustakaan
“Sebanyak
ini?” kata petugas perpustakaan, dahinya berkenyit.
Gadis
berambut pendek tersebut hanya mengangguk.
Kemudian
petugas perpustakaan itu mencatatkan sesuatu di layar computer di hadapannya,
kemudian kembali bersuara “Akhila, diingat ya, waktu meminjamnya tiga hari.” Kata
petugas perpustakaan sambil menyerahkan kartu pepustakaan kepada Khila.
“Iya,
Pak.”
Khila
baru saja keluar dari perpustakaan, tangannya mendekap seonggok buku. Tiba-tiba,
brakk. Seseorang menubruk Khila, buku-buku ditangannya jatuh, berhamburan ke
lantai. “Sial!” gerutunya dalam hati. Khila segera berjongkok memunguti
buku-bukunya di lantai.
“Sori,
gue nggak sengaja,” ucap seorang anak laki-laki yang baru saja menubruk Khila.
Khila
diam, tak menghiraukan.
“Maafin
ya, tadi nggak sengaja” ucap anak laki-laki itu lagi, kali ini ia membantu
Khila memunguti buku-bukunya.
Merasa
ada yang membantu, Khila buru-buru berucap “Thanks, ya udah ngebantu.”
“Iya,
sekali lagi sori ya.”
“Sip,
woles aja kali” Ucap Khila, matanya menatap wajah anak laki-laki di depannya.
Khila tak mengenali siapa anak laki-laki di hadapannya, maklum, baru dua minggu
ia menjadi siswi SMA.
“Oke,
gue permisi dulu ya.”
Si
anak laki-laki berlalu. Khila masih memerhatikannya, beribu-ribu pertanyaan
muncul dalam benak Khila. Siapakah sosok yang baru saja menabraknya.
***
“Fa,
ke kantin yuk! Aku pengin beli lollipop nih.” Renggek Khila pada Ifa, teman
sebangkunya.
“Iya
bentar, tanggung nih” Kata Ifa, matanya masih menatap gadget di tangannya.
“Ah,
kamu, dari tadi online mulu,”
“
Lah kamu, dari dulu makanannya lollipop mulu!”
“Ifaa,
ayuk, anterin.”
“Iya,
iya, ayuk.”
“Nah,
gitu dong.”
Khila
dan Ifa berjalan menyusuri koridor kelas, menuju kantin terdekat, di ujung
kelas sepuluh.
“Khil,
aku duduk disini ya. Kamu beli lolipopnya jangan lama-lama ya.” Kata Ifa yang
masih sibuk dengan gadgetnya.
“Siap,
bos!”
Khila
mencari lolipop kesukaanya, lollipop rasa coklat, matanya beredar ke seluruh
ruangan. “Yap, ketemu.” Khila segera mengambil lollipop yang tergantung di
tembok.
“Hey,
lo kan yang tadi nggak sengaja gue tabrak di depan perpus tadi, kan?
“Iya,
bener.” Khila menatap wajah anak laki-laki di depannya, anak yang telah membuat
buku-bukunya jatuh. Khila masih tak mengenali siapa anak laki-laki di
hadapannya
“Oh
iya, kenalin gue Karil, anak X-B” kata si anak laki-laki, seakan-akan menjawab pertanyaan dalam pikiran Khila.
“Aku
Akhila, panggilnya Khila aja. Anak X-G” ucap Khila, spontan.
“Oke, salam kenal Khila.” Kata Karil, mengulurkan
tangan.
"Iya,
salam kenal juga.” Khila menjabat tangan Karil, ia tersenyum, lesung pipitnya
terlihat jelas
Karil
memperhatikan senyuman Khila. Sejenak kemudian ia tersadar, ia melepaskan tangannya
dari jemari Khila. Tapi matanya masih mengawasi senyuman Khila.
***
Karil
menghempaskan tubuhnya ke tempat tidur. Ia memejamkan mata. Sekelebat bayangan
masih terekam jelas di matanya, sebuah senyuman manis dari gadis berambut pendek
yang tadi siang ia temui. Karil merindukan senyuman itu, merindukan lesung pipit
milik gadis itu. Ia merindukan Akhila.